Senin, 26 Oktober 2015

keberhasilan belajar dengan giat

  1. t seberapa kerasnya seseorang berusaha. Ini adalah unsur yang paling di fokuskan apabila berbicara tentang motifasi. Akan tetapi intensitas yang tinggi tidak akan membawa hasil yang diinginkan kecuali kalau upaya itu diarahkan ke suatu tujuan yang menguntungkan organisasi.
  2. Tujuan: apa yang ingin dicapai oleh seseorang.
  3. Ketekunan: ukuran tentang berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Individu-individu yang termotifasi tetap bertahan pada pekerjaan cukup lama untuk mencapai tujuannya.[8]
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses internal (dari dalam diri seseorang ) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu” (Baron, 1992:Schunk,1990 dalam Nur, 2003:2).
Graham & Golan, (1991) menyatakan bahwa :
Motivasi penting dalam menentukan seberapa banyak siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa banyak menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik
Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaranyang dimiliki oleh sisya yang bersangkutan ”(Djamarah S.B, dkk, 1995:70).
Motivasi ada dua macam yaitu motivasi yang datang dari dalam diri anak, disebut motivasi intrinsik, dan motivasi yang diakibatkan dari luar, disebut motivasi ekstrinsik (Djamarah S.B, 1997:223).
Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, sering sekali pengajar harus berhadapan dengan siswa-siswa yang prestasi akademisnya tidak sesuai dengan harapan pengajar. Bila hal ini terjadi dan ternyata kemampuan kognitif siswa cukup baik, pengajar  cendrung untuk mengatakan bahwa siswa tidak bermotivasi dan menganggap bahwa hal ini kondisi yang menetap.yang menentukan tingkatan kegiatan
Sebenarnya motivasi, yang dikemukakaan oleh Eysenck dkk dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, dan sikap. Siswa yang tampaknya tidak bermotivasi, mungkin pada kenyataannya cukup bermotivasi tapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan pengajar. Jumlah motivator yang mempengaruhi pada suatu saat yang sama banyak sekali, dan motif-motif (yaitu factor yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku) yang di bangkitkan oleh motivator-motivator tersebut mengakibatkan terjadinya sejumlah tingkah laku yang dimungkinkan untuk ditampilkan oleh seorang siswa.
Ada teori motivasi, salah satu teori yang terkenal kegunaannya untuk menerangkan motivasi siswa adalah yang dikembangakan oleh Maslow (1943, 1970). Maslow percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhaan tertentu. Kebutuhan-kebutuhan ini (yang memotivasi tingkah laku seseorang) dibagi oleh Maslow kedalam tujuh kaegori:
  1. Fisiologis
Ini merupakan kebutuhan manusia yang  paling dasar, meliputi kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat berlindung, yang penting untuk mempertahankan hidup.
  1. Rasa aman
Ini merupakan kebutuhan kepastian keadaan dan lingkungan yang dapat diramalkan, ketidakpastian, ketidakdilan, keterancaman, akan menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada diri individu.
  1. Rasa cinta
Ini merupakan kebutuhan afeksi dan pertalian dengan orang lain.
  1. Penghargaan
Ini merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, di hormati oleh orang-orang lain. Secara tidak langsung ini merupakan kebutuhan perhatian, kebenaran, status, martabat, dan lain sebagainya.
  1. Aktualisasi diri
Ini merupakan kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri sepenuhnya, merealisasikan potensi-potensi yang di milikinya
  1. Mengetahui dan mengerti
Ini merupakan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya, untuk mendapatkan pengetahuan, untuk mendapatkan keterangan-keterangan dan untuk mengerti sesuatu.
  1. Pada tahun 1970 Maslow memperkenalkan kebutuhan ketujuh yang tampaknya sangat mempengaruhi tingkah laku beberapa individu, yaitu yang disebutnya kebutuhan estetik. Kebutuhan ini dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan, dan kelengkapan dari suatu tindakan.
Hierarki yang diajukan oleh Maslow ini merupakan suatu urutan kebutuhan yang bersifat kaku, tetapi dalam kenyataan sehari-hari pengajar mungkin menemukan pengecualian-pengecualian. Hal ini disebabkan karena sering kali tingkah laku tidak dibangkitkan oleh satu penyebab, melainkan oleh beberapa penyebab. Namun demikian hal tersebut tidak berarti bahwa teori Maslow ini tidak berguna sama sekali dalam pendidikan. Bahkan dengan memiliki pengetahuan ini pengajar dapat menganalisis penyebab tingkah laku sisiwa memahaminya, dan memakainya untuk memotivasi siswa dalam belajar.

  1. D. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Memotivasi Siswa Dalam Belajar
Cara untuk membangkitankan motivasi belajar siswa mengingat  deemikian penting motivasi bagi siswa dalam belajar. Maka guru diharapkan dapat membangkitkan  motivasi belajar siswap-siswanya. Dalam usaha ini banyaklah cara yang dapat dilakukan. Menciptakan kondisi-kondisi tertentu dapat membangkitkan motivasi belajar.
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran.
Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin, motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa.
Adapun fungsi dari motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
  1. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
  2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
  3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Sehubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa, Dececco & Grawford, (1974) menyatakan bahwa “dalam pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa ada 4 fungsi pengajar, yaitu:[9]
  1. Menggairahkan siswa
  2. Memberikan harapan realistis
  3. Memberikan insentif, dan
  4. Mengarahkan
Gage & Berliner, (1979) menyarankan juga sejumlah cara meningkatkan motivasi siswa, tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar-besaran, yaitu:[10]
  1. Pergunakan pujian verbal
  2. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana
  3. Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk mengadakan eksplorasi
  4. Untuk tetap mendapatkan perhatian
  5. Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada siswa, contohnya: hadiah
  6. Agar siswa lebih mudah memahami bahan pengajaran
  7. Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa
  8. Minta pada siswa untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya
  9. Pergunakan simulasi dan permainan
  10. Perkecil daya tarik system motivasi yang bertentangan.
  11. Perkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan dari keterlibatan siswa
  12. Pengajar perlu memahami dan mengawasi suasana sosial di lingkungan sekolah
  13. Pengajar perlu memahami hubungan kekuasaan antara guru dan siswa
Guru wajib berupaya sekeras mungkin untuk neningkatkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa strategi yang dapat dikembangakan dalam upaya untuk menumbuhkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran, di antaranaya:
  1. Menjelaskan tujuan belajar ke siswa.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
  1. Tumbuhkan motivasi pada saat awal pengajaran dimulai.
Caranya dapat dilakukan dengan menanyakan pekerjaan rumah atau mengecek apakah pengajaran saat itu sudah diketahui oleh peserta didik atau belum, agar pendidik dapat membaca situasi kelas apakah peserta didik siap mengikuti pembelajaran atau belum.
  1. Pada saat membuka pelajaran, upayakan untuk mengulangi pelajaran minggu lalu atau pertemuan sebelumnya dengan member beberapa pertanayaan kepada peserta didik.
  2. Pada saat menyampaikan materi pelajaran, upayakan untuk menyelipi humor.
  3. Berikanlah hadiah untuk siswa yang berprestasi
  4. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
  1. Pujiaan
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
  1. Hukumaan
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.
  1. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke siswa.
  1. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
  2. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
  3. Menggunakan metode yang bervariasi
  4. Menggunakan media yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.[11]
BAB III
SIMPULAN
  • Ø Pengertian Keberhasilan, Belajar Dan Keberhasilan Belajar
  1. Keberhasilan secara etimologi adalah asal kata dari hasil yang artinya sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha. Keberhasilan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah perihal (keadaan) berhasil.
Keberhasilan juga berarti kebebasan, kebebasan dari rasa takut, rasa cemas, rasa frustasi dan kegagalan. Keberhasilan itu bisa diartikan sebagai penghargaan diri.
  1. Belajar secara etimologi adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar berasal dari kata ajar yang artinya petunjuk yang di berikan kepada orang supaya diketahui atau diturut.
Menurut M. Sobry Sutikno, 2008: Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapaan, keterampilan, dan sikap. Biasa juga di artikan bahwa belajar itu adalah suatu proses usaha yang di lakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhaan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungaannya
  1. Dari pengertian keberhasilan dan belajar kita dapat mengetahui bahwa keberhasilan belajar adalah tercapainya keadaan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
  • Ø Indikator Keberhasilan Belajar
Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, adalah:
  1. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok, (kognitif).
  2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ TIK telah dicapai siswa baik individu maupun klasikal (afektif).
  • Ø Pengertian Motivasi
Motivasi secara bahasa adalah energi atau kekuatan. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Robbin, S.P (1993) menyebutkan motivasi adalah suatu proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan.
  • Ø Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Memotivasi Siswa Dalam Belajar
Gage & Berliner, (1979) menyarankan juga sejumlah cara meningkatkan motivasi siswa, tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar-besaran, yaitu:
  1. Pergunakan pujian verbal
  2. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana
  3. Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk mengadakan eksplorasi
  4. Untuk tetap mendapatkan perhatian
  5. Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan pada siswa, contohnya: hadiah
  6. Agar siswa lebih mudah memahami bahan pengajaran
  7. Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa
  8. Minta pada siswa untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya
  9. Pergunakan simulasi dan permainan
  10. Perkecil daya tarik system motivasi yang bertentangan.
  11. Perkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan dari keterlibatan siswa
  12. Pengajar perlu memahami dan mengawasi suasana sosial di lingkungan sekolah
  13. Pengajar perlu memahami hubungan kekuasaan antara guru dan siswa
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin dan Sutikno, Sobry. 2008. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Prospect.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pidarta, made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Slameto.2003. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka cipta.
Sutikono, Sobry. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakaya Offset.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) hlm. 343 [2] Ibid, hlm 14
[3] Made Pidarta, Landasan Kependidikan,(Jakarta:Rineka Cipta,2007), hlm.206
[4] M. Sobry Sutikno, Landasan Pendidikan,(Bandung:Prospect,2008), hlm.51
[5] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,( Jakarta: Rineka Cipta, 2003) hlm. 3
[6] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2005) hlm. 195
[7] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 666
[8] Dr. H. Afifuddin, MM. dan M.Sobry Sutikno, Pengelolaan Pendidikan, (bandung:Prospect,2008), hlm 54
[9] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,( Jakarta: Rineka Cipta, 2003) Hlm. 175
[10] Ibid, Hlm. 177
[11] M. Sobry Sutikno, Landasan Pendidikan,(Bandung:Prospect,2008), hlm.65

Tidak ada komentar:

Posting Komentar